Kadang hidup butuh imajinasi negeri dongeng

Jumat, 06 Januari 2017

Jusuf Kalla : Pemimpin dengan Seribu Kontroversi

Jusuf Kalla, hampir semua orang mengenal nama itu. Ia adalah wakil presiden pertama dengan dua kali masa jabatan yang terpilih melalui pemilihan umum. Sosok yang sering dipanggil JK ini disebut sebagai “the real president” karena sering mengambil keputusan yang memiliki pengaruh besar pada negara. Solusi yang ditawarkan untuk menjawab persoalan negeri ini bukan hanya inovatif tapi juga kontroversional.
Jusuf Kalla adalah anak ke-2 dari 17 bersaudara. Lahir dari keluarga yang menjunjung tinggi nilai agama lantas membuatnya sangat religius. Ayahnya bernama Hadji Kalla sedangkan ibunya bernama Athirah. JK kerap disapa dengan panggilan Ucu. Sejak remaja JK harus menerima kenyataan hidup dalam lingkungan yang berpoligami. JK didewasakan oleh keadaan. Sejak ibunya memilih berpisah dari ayahnya, ia menjadi pemimpin keluarga menggantikan ayahnya. Menjaga ibunya untuk tetap bangkit dan memastikan adik-adiknya bisa makan esok hari. Baginya kebahagiaan keluarganya adalah yang terpenting dan senyuman ibunya adalah yang utama.
Jusuf Kalla adalah salah seorang yang tak sudi bila bangsa asing terlalu ikut campur dalam urusan pembangunan Indonesia tercinta ini. Dalam pandangan JK, birokrat di Indonesia masih menganut sistem rimba. Lebih taat aturan daripada menubah aturan demi kesejahteraan rakyat. Peraturan yang dianggap bisa menghambat pasti diganti JK. Terbukti pada masa kepemimpinannya sebagai Wapres 2004-2009, beliau berhasil mengurangi ketergantungan dengan pembiayaan modal asing.
Bila dulu kita lebih sering mengimpor beras maka pada masa kedudukan JK hal itu dihilangkan. JK mencukupi para petani dengan ketersediaan kebutuhan bibit melalui Departemen Pertanian. Swasembada akhirnya kembali berhasil dilakukan setelah sebelumnya berhenti selama sepuluh tahun.
Bangsa kita adalah bangsa yang kaya. Segala macam hal ada di sini. Akan tetapi, yang masih menjadi interopeksi mengapa bangsa yang sedemikian kaya ini tidak maju-maju dan jauh tertinggal dalam hal kesejahteraan? Bangsa Jepang terang benderang karena mendapat dukungan batu bara hasil impor dari kita, sedangkan bangsa kita untuk pemenuhan listrik saja belum sepenuhnya merata.
Ketika konversi dari minyak tanah menjadi gas mencuat ke publik banyak orang kontra dengan keputusan itu. Namun JK tetap optimis kebijakan tersebut akan berhasil. Hasilnya seperti yang kita rasakan. Hampir setiap rumah telah menggunakan gas sebagai bahan bakar untuk memasak. Efisiensi puluhan triliun hasil konversi, dialokasikan ke sektor pendidikan, kesehatan, pertanian, dan lain-lain. Kalla (2013a) mengatakan resiko dari semua keputusan itu adalah ketika salah ia mau untuk yang bertanggungjawab.
JK percaya bahwa semua bisa diselesaikan. Belajar dari pengalaman tahun 2005 ketika kebijakan kenaikan harga BBM dilakukan. Indonesia berhasil menaikkan harga BBM hingga 125 persen tanpa gejolak. Kenaikkan tersebut adalah kenaikkan tertinggi yang pernah terjadi di dunia dan terbesar dalam sejarah Indonesia. Kenaikkan yang bisa dikatakan penuh resiko, tetapi tidak ada rakyat yang marah. Kenapa? Strategi.
Pertama, memberi pemahaman sederhana yang dapat diterima masyarakat. Jika BBM tidak naik, banyak jalan yang rusak. Sekolah akan sulit. Gaji guru banyak yang tidak bisa dibayar. Bagi warga kurang mampu akan diberikan Bantuan Langsung Tunai (BLT) untuk mengurani beban. Sebenarnya BBM yang naik itu yang dikonsumsi orang mampu, yang naik mobil.
Kedua, timing yang tepat. Keputusan itu dilakukan sehari sebelum puasa. Pada bulan puasa, terjadi banyak penghematan. Orang akan memasak dua kali sehari dan jarang jalan-jalan. Dan yang terpenting pada bulan puasa tidak ada demonstrasi. Karena mereka tidak boleh marah dengan alasan hawa nafsu.
JK tidak segan menyebut Bank Indonesia (BI) sebagai perampok karena kebijakannya. Pada saat menjabat sebagai Menkokesra, pernah JK merobek Memorandum of Understanding (MoU) karena tidak sepaham. Kebijakan itu dianggap tidak adil bagi rakyat. Pengusaha besar diberikan bunga 45 persen sedangkan pengusaha 15 persen. Hal ini seperti pembodohan, karena belum seluruh lapisan masyarakat paham tentang hal tersebut. JK pernah mengatakan untuk menjual setengah dari kantor BI. Hal ini untuk memperbaiki keungan negara. Di dunia ini tidak ada kantor bank sentral yang semewah BI. Ini sangat tidak pantas untuk sebuah negara yang tingkat pendapatannya masih rendah.
Setelah selesai masa jabatannya menjadi Wapres periode tahun 2004-2009, JK tak lantas berhenti. Ia terpilih menjadi pemimpin pusat Palang Merah Indonesia (PMI) secara aklamasi. Ketika ada bencana di berbagai daerah di Indonesaia, ia turun langsung untuk menangani semampu yang ia bisa lakukan. Selain mengurusi pengungsi, JK aktif sebagai juru damai. Ia juga sering diminta berpendapat mengenai isu-isu publik.
Pemimpin yang baik adalah ketika mereka mau bergerak bukan hanya berteori dan dapat membaur dengan segala lapisan masyarakat. Kepemimpinannya dikatakan berhasil adalah ketika tindakannya dapat mensejahterakan masyarakat. Jusuf Kalla adalah sosok pemimpin yang dibutuhkan Indonesia. Pro dan kontra tak lepas dari kebijakan yang ia keluarkan. Tapi semangat keyakinannya tak gentar. Ia tak pernah ragu dalam mengambil keputusan. Kebijakannya sudah melalui pertimbangan yang matang dan siap menanggung dampak buruk yang timbul jika terjadi. Ia pemimpin yang tegas bukan keras. Nilai khas dalam gaya memimpinnya bisa dikatakan “nekat”. Komitmennya untuk mensejahterakan rakyat bukan hanya ucapan melainkan juga dengan tindakan nyata. Untuk mengubah bangsa ini ke arah yang lebih yang dibutuhkan tak hanya kemampuan kerja keras, tetapi juga hati nurani.
Sinergi antara otot, otak, dan hati dari seorang pemimpin dibutuhkan untuk membuat Indonesia maju. Persoalan negeri ini memang tidak pernah sampai pada ujung. Datang silih berganti bahkan kadang tumpang tindih. Pendekatan yang dilakukan JK adalah melalui dialog, dengan masyarakat menanyakan apa yg mereka harapkan, dengan petinggi memberi pernyataan tentang yang dapat mereka usahakan untuk negeri ini. Negara kita adalah negara demokrasi, tapi demokrasi ini hanya sebuah cara. Dalam menyelesaikan masalah diperlukan masyarakat, dengan tujuan akhirnya tercapai mufakat. Menurut Kalla (2013a), pemimpin itu tidak hanya yang pandai berbicara saja, tetapi juga tahu bagaimana mengubah cara pikir, meyakinkan orang, mempengaruhi orang, dan menguasai kondisi lapangan. Selalu ada terobosan baru dan rakyat pun dipuaskan. Bangsa besar dengan segala permasalahan di dalamnya ini memang membutuhkan sosok pemimpin yang revolusioner seperti Jusuf Kalla.




Daftar Pustaka

Kalla, Jusuf. 2013a. Inspirasi JK. Jakarta: Noura Books Publishing.

----- 2013b. Jalan Keluar–Logis, Spontan, Jenaka. Jakarta: Kompas.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Blue Fire Pointer

BTemplates.com

Diberdayakan oleh Blogger.