Ketika kalian lulus dari sekolah
menengah atas (SMA) atau yang setara dengannya pasti bingung.
Mau melanjutkan di mana?
Aku juga pernah mikir demikian. Atau
mungkin kamu mikir, “Nanti kalo aku nggak lolos gimana?”; “Kalo aku salah
jurusan gimana masa depanku?”. Nah, ini nih!
Aku sekarang memiliki status sebagai
mahasiswa di salah satu perguruan tinggi negeri di Kota Semarang. Berat memang
awalnya mengetahui pengumuman SBMPTN dimana kita diterima namun bukan jurusan yang kita inginkan.
“Lalu mengapa dulu waktu
daftar kamu pilih jurusan itu?” Banyak orang pasti bertanya demikian padamu
ketika mengeluh salah jurusan.
Sekarang dengan statusku
sebagai mahasiswa akhir haruskah aku berhenti dan kembali lagi mengulang tes
untuk pindah jurusan yang aku inginkan? Tidak mungkin.
Aku menjalani hari-hariku
seperti mahasiswa biasanya. Kuliah. Tugas. Nongkrong. Balik kos.
Namun ada yang berbeda.
Sebagai pelampiasan yang
katanya salah jurusan ini aku mengikuti organisasi apapun yang bisa mengasah
skill ku, baik itu intra maupun ekstra kampus. Aku percaya dengan teorinya para
aktivis kampus bahwa nilai di kampus boleh jadi hanya 4,0 dan 96,0 lainnya
diperoleh dari kegiatan luar kelas.
Inilah aku sekarang, yang katanya
jadi aktivis kampus. Tak masalah sering bolos dari kuliah demi kegitan kampus.
Karena bagiku pengalaman itu yang terpenting daripada hanya berteori tapi tak
pernah paham.
Kalo kata komentator bola,
“Skill itu terbentuk dari jam terbang”.
Yang dulunya waktu awal
semester sering nagis pengen pindah jurusan karena gak cocok sekarang aku
mencoba realistis.
Anak muda itu memang idealis.
Harus ginilah, gak mau inilah. Padahal semestinya kita harus bersyukur masih
bisa diberi kesempatan untuk menuntut ilmu lebih tinggi.
Jangan banya berpikiran
negatif. Rejeki sudah ada yang mengatur. Tinggal bagaimana cara kita menyiapkan
strategi untuk menggapainya.
0 komentar:
Posting Komentar