Kadang hidup butuh imajinasi negeri dongeng

Minggu, 21 September 2014

Yang Lalu Biar Berlalu


     Mengingat dan mengenang masa lalu, kemudian bersedih atas nestapa dan kegagalan di dalamnya merupakan tidakan bodoh dan gila. Itu, sama artinya dengan membunuh semangat, memutuskan tekad dan mengubur masa depan yang belum terjadi.
     Bagi orang yang berpikir, berkas-berkas masa lalu akan dilipat dan tidak pernah dilihat kembali. Cukup ditutup rapat-rapat, lalu disimpan dalam 'ruang' penglupan, diikat dengan tali yang kuat dalam 'penjara' penghancuran selamanya. Atau, diletakkan di dalam ruang gelap yang tak terhembus cahaya. Yang demikian, karena masa lalu telah berlalu dan habis. Kesedihan tak akan mampu mengembalikannya lagi, keresahan tak akan sanggup memperbaikinya kembali, kegundahan tidak akan mampu merubahnya menjadi terang, dan kegalauan tidak akan dapat menghidupkannya kembali karena ia memang sudah tidak ada.
     Jangan pernah hidup dalam mimpi buruk masa lalu, atau di bawah payung gelap masa silam. Selamatkan diri Anda dari bayangan masa lalu! Apakah Anda ingin mengembalikan air sungai ke hulu, matahari ke tempatnya terbit, sosok bayi ke perut ibunya, air susu ke payudara sang ibu, dan air mata ke dalam kelopak mata? Ingatkah, ketertarikan Anda dengan masa lalu, keresahan Anda atas apa yang telah terjadi padanya, keterbakaran emosi jiwa Anda oleh api panasnya, da kedekatan jiwa Anda pada pintunya, adalah kondisi yang naif, ironis, memprihatinkan dan sekaligus menakutkan.
     Membaca kembali lembaran masa lalu hanya akan memupuskan masa depan, mengendurkan semangat, dan menyia-nyiakan waktu yang sangat berharga. Dalam  Al-Qur'an, setiap kali usai menerangkan kondisi suatu kaum dan apa saja yang telah mereka lakukan, Allah selalu mengatakan, "Itu adalah umat yang lalu." Begitulah, ketika suatu perkara habis, maka selesai pula urusannya. Dan taka ada gunanya mengurai kembali bangkai zaman dan memutar kembali roda sejarah.
     Orang yang berusaha kembali ke masa lalu, adalah tak ubahnya orang yang menumbuk tepung, atau orang yang menggergaji serbuk kayu.
     Syahdan, nenek moyang kita dahulu selalu mengingatkan orang yang meratapi masa lalu demikian: "Janganlah engkau mengeluarkan mayat-mayat itu dari kuburnya." Dan konon, kata orang yang mengerti bahasa binatang, sekawanan binatang sering bertanya kepada seekor keledai begini, "Mengapa engkau tidak menarik gerobak?"
     "Aku benci berkhayal," jawab keledai.
     Adalah bencana besar, manakala kita rela mengabaikan mas depan dan justru hanya disibukkan oleh masa lalu. Itu, sama halnya dengan kita mengabaikan istana-istana yang indah dengan sibuk meratapi puing-puing yang telah lapuk. Padahal, betapapun seluruh manusia dan jin bersatu untuk mengembalikan semua hal yang telah berlalu, niscaya mereka tidak akan pernah mampu. Sebab, yang demikian itu sudah mustahil pada asalnya.
     Orang yang berpikir jernih tidak akan pernah melihat dan sedikitpun menoleh ke belakang. Pasalnya, angin akan selalu berhembus ke depan, air akan mengalir de depan, setiap kafilah akan berjalan ke depan, dan segala sesuatu bergerak maju ke depan. Maka itu, janganlah pernah melawan sunah kehidupan!

Lâ Tahzan Jangan Bersedih! (Oleh : DR. 'Aidh al-Qarni) Halaman: 4
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Blue Fire Pointer

BTemplates.com

Diberdayakan oleh Blogger.