Apa yang terbersit dalam benak kalian ketika mendengar Zero Waste Lifestyle atau pola hidup minim sampah? Pasti cara buat mengurangi sampah plastik bukan? Padahal jika dipahami lebih mendalam zero waste lifestyle bukan hanya tentang plastic, walaupun saling berkait. Kali ini kita bakal kupas satu per satu fakta menarik seputar pola hidup minim sampah ini.
Zero waste muncul pada awal revolusi industri ke 2 atau tahun
70-an. Istilah zero waste justru muncul dari kalangan industri yang
menghasilkan limbah dan berusaha untuk mengolahnya sehiingga seminimal mungkin
membuang sisa limbah tersebut. Pada awal tahun 2000-an zero waste kemudian
diangkat sebagai gaya hidup oleh beberapa kalangan. Hingga saat ini zero waste
sudah menyebar di seluruh dunia dan sedang menjadi tranding diikuti banyak
orang.
Gaya hidup zero waste adalah cara pandang seseorang terhadap
lingkungan, barang, segala hal yang digunakan dan dikonsumsi, serta bagaimana
memandang dirinya sendiri. Seseorang yang menerapkan zero waste lifestyle harus
lebih kritis dan bijak lagi dimulai saat membeli sesuatu.
Ada beberapa miskonsepsi (stereotype) atau asumsi yang kurang
tepat di kalangan masyarakat jika berbicara tentang zero waste lifestyle atau
gaya hidup minim sampah. Berikut beberapa stereotype yang kurang tepat
tersebut.
1. Zero Waste Lifestyle Dianggap sebagai Tren Anti Plastik
Gaya hidup Zero Waste atau minim sampah sering dianggap
sebagai gaya hidup anti plastik. Semua
yang serba plastik adalah musuh nomor satu dan solusi utamanya mengganti dengan
perkakas berbahan stainless steel, bamboo, atau kaca. Padahal tidak demikan.
Seperti halnya plastik yang butuh energi besar dan berasal
dari minyak bumi yang tidak terbarukan, ada juga penggalian pasir besar-besaran
dibalik kaca, ada industri nikel di balik stainless steel, ada ancaman
deforestasi di balik bamboo dan kantong plastik berbahan singkong. Semua ada
dampaknya tidak hanya plastik.
Zero waste lifestyle mengedepankan anti plastik sekali pakai,
bukan menuju anti (semua jenis) plastik. Kalau tidak ada plastik, kita tidak
bisa berkomunikasi (ya, di dalam handphone juga ada plastik), tidak bisa
berkendara, dan lain-lain. Dalam bidang medis, plastik juga sangat berguna dan
sangat membantu. Tanpa tabung plastic atau pipet dunia medis akan sulit untuk
melakukan penelitian. Plastik juga berguna di berbagai industri dari
pengemasan, bangunan, konstuksi, otomotif, elektronik dan kelistrikan, juga
industri lainnya.
Jadi bukan kita menyingkirkan plastik sama sekali, tapi kita
harus mengubah cara berpikir dan perilaku kita (yang serba instan, tidak peduli
dengan akhir hidup dari barang yang kita gunakan, dll). Kembali lagi pilihan
ada pada diri kita masing-masing. Lebih bijak jika kita bisa menahan diri dari
over-consuming dan impulsive shopping. Beli barang hanya ketika butuh, bukan
trend semata. Pun lebih bijak dalam menggunakan segalas sesuatu, pakai ulang
segala perkakas yang kita punya.
2. Zero Waste Lifestyle Mahal
Berkaitan juga dengan miskonsepsi pertama tadi, seringkali
gaya hidup zero waste atau minim sampah dianggap mahal karena harus mengganti
semua perkakas ke bahan selain plastik, harus perkakas yang baru. Padahal gaya
hidup zero waste juga mengajak untuk pakai ulang atau gunakan kembali.
Zero waste bukan berarti membeli barang-barang baru untuk
menggantikan barang lama. Namun belajar berhenti untuk membeli sesuatu yang
sudah punya, apalagi hanya sekali pakai. Menerapkan gaya hidup zero waste bukan
hanya tentang mengurangi produksi sampah, namun juga memanfaatkan barang yang
sudah kita miliki secara maksimal, serta menjadi konsumen sadar dan lebih bijak
lagi.
Misalnya, untuk bahan anorganik kamu bisa memanfaatkan kembali toples-toples wadah cookies untuk digunakan ulang sebagai wadah camilan atau mungkin wadah barang lainnya. Untuk bahan organik kamu bisa menghemat biaya untuk pembersih lantai dan kaca dengan mengolah konsumsi buahmu menjadi ecoenzym. Selain itu tadi, kamu bias cek lagi isi rumahmu, kumpulkan dan gunakan barang-barang yang sudah ada yang bisa menjadi alternatif dan juga menunjang dalam menjalankan gaya hidup minim sampah. Atau dengan sedikit kreativitas, kamu bisa membuat produk baru dari barang yang sudah tidak terpakai, menarik, kan?
Memulai gaya hidup zero waste itu dari yang ada di rumah. Jika tidak ada dan sangat butuh, baru beli. Jika ada kontainer plastik, botol minum reusable bahan plastik seperti Tupperware, gunakan saja. Tidak perlu beli baru.
3. Zero Waste Lifestyle Ribet
Banyak yang bilang gaya hidup zero
waste atau minim sampah itu ribet, susah untuk dilakukan, dan merepotkan.
Apalagi penggunaan kata ‘zero’ seakan menuntut kita untuk menerapkan secara
sempurna.
Kemana-mana bawa tumbler, bawa
stainless straw, bawa wadah makan (container sendiri), bawa pouch, bawa tote
bag untuk wadah. Kok banyak ya starter
pack buat ikutan jadi zero waste. Seringkali itu juga yang membuat
seseorang tidak bisa konsisten dalam menerapkan gaya hidup zero waste, karena
dianggap ribet. Apalagi dalam kehidupan sehari-hari, rasanya sulit sekali untuk
terhindar dari jeratan kebiasaan penggunaan plastik sekali pakai.
Kita tidak perlu berpikir serumit
itu, kawan. Mulai dari hal yang paling sederhana, bawa satu barang saja tiap
keluar rumah, tumbler! Multifungsi loh ini. Pertama, untuk hemat dari jajan
yang tidak bisa ditahan. Kedua, menghindari botol plastik air mineral yang
sekali pakai. Ketiga, menjaga agar tetap minum air mineral bukan yang air
rasa-rasa yang macam-macam. Tiga manfaat dalam satu aktivitas kecil.
Kemudian ketika kamu ada yang suka
minum di coffe shop atau tempat
nongki lainnya dan ingin mengurangi penggunaan sedotan plastik tidak perlu
repot-repot beli straw yang berbahan stainless, kaca, atau bambu. Cukup gunakan
cara lama dengan meminumnya langsung dari gelas, atau ‘dikokop’.
Harus diingat bahwa zero waste adalah
sebuah proses. Tidak bisa terbentuk dalam waktu singkat. Jadi nikmati prosesnya
tanpa perlu menyiksa diri. Bila kita tidak bisa menerapkan ‘zero’ waste atau
sama sekali tidak menghasilkan sampah kita bisa pelan-pelan menerapkan less
waste atau minim sampah. Karena kita tidak butuh satu orang yang sempurna untuk
menerapkannya, tapi kita butuh banyak orang tidak sempurna yang saling mengingatkan.
4. Social Justice Warriors (SJW)
Stop memberi komentar: “Katanya
Zero Waste, kok masih pakai tumbler bahan plastik, kok masih pakai kontainer
plastik, dan lain-lain”. Karena nyatanya bahan-bahan tersebut jika digunakan
dengan bijak bisa berumur sangat panjang.
Plastik hanyalah sebuah benda yang
sebenarnya sangat berguna untuk kehidupan kita sehari-hari. Masalahnya terletak
pada nilai yang kita berikan pada plastik. Jika kita menghargai plastik seperti
kita menghargai batu intan, orang tidak akan menggunakannya sebagai barang
sekali pakai. Plastik bukanlah penyebab polusi lingkungan. Penyebabnya adalah
perilaku dan cara kita menggunakannya.
Ketika awal-awal menerapkan pola
hidup zero waste atau minim sampah pasti banyak orang mungkin akan menganggap
aneh, memandang sebelah mata pada kita. Tapi teruslah bergerak, teruslah
memberikan edukasi dengan ringan. Diperlukan kemampuan dan komitmen yang kuat
dari tiap individu untuk berubah dan mengurangi penggunaan plastik.