Kadang hidup butuh imajinasi negeri dongeng

Minggu, 10 Januari 2021

Perjuangan Intelektual Kaum Terpelajar

 Bicara tentang pergerakan mahasiswa tentu bicara tanggung jawab yang melekat di dalam diri seseorang yang menyandang gelar sebagai mahasiswa. Mahasiswa di pandang sebagai kaum elite, dengan pendidikan tinggi yang sedang dicicipinya. Selain tanggung jawab akademik ada juga tanggung jawab sosial tanggung jawab sosial yang ada di pundak para mahasiswa. Adanya tanggung jawab ganda yang didapatkan mahasiswa tersebut seharusnya menumbuhkan kesadaran bahwa tugas seorang mahasiswa tidak hanya menuntut ilmu di kelas dan mencari nilai untuk sekedar lulus tetapi juga bisa menjadi solusi di tengah persoalan masyarakat.

Kelas mahasiswa berada di tengah, dia akan bersinggungan dengan kepentingan rakyat kecil dan penguasa. Sebagai kaum intelektual tentu mahasiswa menjadi harapan dan tumpuan untuk terus memperjuangkan hak-hak rakyat yang kadang tidak sesuai dengan kebijakan yang diterapkan oleh penguasa. Mahasiswa sebagai penyambung lidah rakyat juga tidak pragmatis dalam menyampaikan gagasan dan aspiraasi. Sebagai kaum intelektual yang terdidik tentu dalaam mencari sebuahsolusi harus ada kajian yang mendalam sehingga nanti dapat merumuskan sebuah solusi strategis dan ideologis yang bisa ditawarkan kepada penguasa untuk diaplikasikan.

Jangan pandang mahasiswa tidak bisa merumuskan sebuah solusi atas permasalahan sosial yang ada. Mereka bisa membuat kelompok-kelompok kajian dengan berbagai pihak sesuai dengan disiplin ilmunya. Kampus sebagai lembaga pendidikan tinggi tentu penuh dengan berbagai pergulatan intelektual dan ideologi sehingga sangat cocok untuk menjadi basis kajian dalam merumuskan sebuah solusi yang akan disampaikan. Pandanglah permasalahan dari banyak sudut bukan hanya dari perspektif kaum intelektual.

Ada sebuah pertanyaan yang cukup menggelitik ketika mendapat pertanyaan, “Untuk apa sih demo gak jelas?”. Mungkin jika yang bertanya demikian mahasiswa yang hanya kuliah di dalam kelas dan tidak pernah aktif di dunia organisasi aku akan memaklumi, tetapi yang bertanya adalah mahasiswa yang juga aktivis organisasi.

Selama ini kita mendengar aksi demonstrasi yang terbayang adalah longmarch di jalan, berkoar-koar di bawah terik matahari, bakar bam di tengah jalan, merusak fasilitas umum, atau dibubarkan paksa lewat gas air mata. Tentu aksi demonstrasi tidak sesempit itu. Ada makna yang lebih luas terkait aksi demonstrasi terutama oleh mahasiswa, sarekat buruh, dan organisasi pergerakan lainnya.

Aksi demonstrasi merupakan sebuah langkah strategis untuk menyampaikan tuntutan, kritikan, aspirasi, dan solusi ketika berbagai langkah-langkah sebelumnya menemui kegagalan seperti dialog dan audiensi dengan pihak berwenang. Aksi demonstrasi sebagai upaya akhir dalam memperjuangkan apa yang menjadi harapan. Tidak hanya berorasi koar-koar tanpa makna, tetapi dalam aksi demonstrasi juga membawa sebuah hasil perumusan kajian yang panjang serta mendalam. Aksi demonstrasi juga berarti sebagai sikap keberpihakan kepada kaum yang tertindas sehingga peran sebagai oposisi kritis terhadap penguasa akan terus hidup. Namun sekarang, aksi demonstrasi mendapat cemoohan dan tidak mendapat simpati publik karena bagi mereka papun yang dilakukan toh hasilnya sama saja. Padahal kita tahu bahwa perubahan yang besar berawal dari pergerakan yang kecil.

Dalam era demokrasi saat ini, ketika kebebasan berpendapat semakin luas maka akses informasi perkembangan situasi terkini akan mudah didapatkan. Kondisi tersebut seharusnya menjadikan mahasiswa lebih melek kondisi bangsa yang terjadi saat ini. Sebagai mahasiswa tentu kita punya peran dan passion masing-masing, tidak bisa kita sama ratakan semua. Mahasiswa tidak hanya kuliah di dalam kelas tetapi dia juga bisa kuliah dengan menembus batas-batas ruang kelas seperti aktif organisasi atau kompetisi. Ada mahasiswa yang lebih tertarik terhadap dunia pergerakan maka dia mengembangkan intelektualitasnya dengan membaca, menulis, dan berdiskusi terkait sosial politik, ada juga yang tertarik di dunia akademik dengan mebuat karya ilmiah dan terjun dalam aktivitas sosial masyarakat. Setiap mahasiswa harus mempunyai peran di bidangnya masing-masing dan dengan cara mereka masing-masing. Apapun narasi yang disampaikan muara tujuan yang hendak kita capai sma, kesejahteraan. Mari saling menguatkan agar apa yang menjadi cita-cita bersama kita segera menemui jalannya.

Share:

Pemerataan Pendidikan di Indonesia: Persebaran Guru

 

Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang bersifat umum bagi setiap manusia di muka bumi ini. Fungsi pendidikan sebagai wahana untuk memajukan bangsa dan kebudayaan nasional, pendidikan diharapkan dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya bagi seluruh warga negara Indonesia untuk memperoleh pendidikan. Di Indonesia, tidaklah menjadi hal yang tabu bahwa pada bidang pendidikan mengalami banyak permasalahan.

Kualitas pendidikan di Indonesia sangat memprihatinkan. Ini dibuktikan antara lain dengan data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Index), yaitu komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per kepala yang menunjukkan, bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin menurun. Di antara 174 negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke-102 (1996), ke-99 (1997), ke-105 (1998), dan ke-109 (1999). Kualitas pendidikan Indonesia yang rendah itu juga ditunjukkan data Balitbang (2003) bahwa dari 146.052 SD di Indonesia ternyata hanya delapan sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Primary Years Program (PYP). Dari 20.918 SMP di Indonesia ternyata juga hanya delapan sekolah yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Middle Years Program (MYP) dan dari 8.036 SMA ternyata hanya tujuh sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Diploma Program (DP).

Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia terus mendapat sorotan. Pasalnya, mutu pendidikan yang rendah ini bukan tanpa alasan. Masalah pendidikan yang terus menumpuk menjadi alasan mendasar rendahnya mutu pendidikan di Indonesia. Salah satu masalah pendidikan yang juga harus dipikirkan solusinya yaitu tentang pemerataan dan penataan jumlah guru yang masih terjadi kesenjangan, khususnya antara jumlah guru yang berada di daerah kota dengan daerah desa bahkan di daerah terpencil. Ironisnya, di daerah desa atau di daerah terpencil masih banyak sekolah yang kekurangan guru. Tak jarang satu guru harus mengajar lebih dari satu mata pelajaran. Padahal, itu tidak diperbolehkan karena menyangkut tentang keprofesionalan sebagai guru. Namun tidak dapat disalahkan juga mungkin itu terjadi karena keadaan yang menuntut mereka seperti itu. Berbanding terbalik dengan keadaan sekolah di kota , lebih dari 50% sekolah di kota justru kelebihan guru.

Dunia pendidikan seperti kereta kuda, kecepatan sampai tujuan tidak ditentukan oleh kuda yang tercepat tetapi ditentukan kuda terlambat. Pendidikan di negeri ini juga ditentukan oleh sekolah-sekolah yang minim fasilitas di ujung-ujung pulau, di pinggir sungai, di puncak gunung. Banyak orang mendidik dengan hati, dan dengan jiwa raga yang mereka miliki. Gaji gurupun ada yang hanya cukup untuk 1 kali pulang pergi.

Guru memang bukan hanya sebagai profesi tapi itu juga bagian dari pengabdian. Guru profesional adalah guru yang memiliki dedikasi tinggi dalam pendidikan, tanpa dedikasi tinggi maka proses belajar mengajar akan kacau balau. Proses belajar menagajar yang berlangsung di dalam kelas dapat ditemukan beberapa komponen yang bersama-sama mewujudkan proses belajar mengajar yang dapat juga dinyatakan sebagai struktur dasar dalam proses belajar mengajar. Guru sebagai pendidik dan murid sebagai peserta didik dapat saja dipisahkan kedudukannya, akan tetapi mereka tidak dapat dipisahkan dalam mengembangkan murid dalam mencapai cita-citanya.

Oleh karenanya perlu adanya solusi untuk permasalahan yang diri tahun ke tahun belum terselesaikan ini. Agar Indonesia dapat mewujudkan salah satu cita-cita kemerdekaan nasional, yaitu mencerdaskan bangsa Indonesia.

Share:
Blue Fire Pointer

BTemplates.com

Diberdayakan oleh Blogger.