Kadang hidup butuh imajinasi negeri dongeng

Selasa, 24 Oktober 2017

KETIKA SEORANG INTROVERT JATUH CINTA

Jujur gue seorang introvert. Tapi bukan orang yang terang-terangan mau mengakui kalo introvert. Gue aja baru sadar waktu awal-awal masuk kuliah. Udah tau Introvert itu apa? Baca artikel tentang Introvert dulu ya (KLIK DISINI)! Introvert gue bukan karena penakut, tapi lebih kepada malu.

Jadi seorang introvert itu ada menyenangkan ada nggak nya juga. Menyenangkan karena kita dianggap misterius dan banyak orang penasaran dengan hidup kita. Dan yang nggak menyenangkannya karena kadang kita dianggap aneh.

Suka mojok. Suka jalan sendiri (karena jomblo). Mending baca buku atau pegang gadget daripada ngobrol sama orang yang gak jelas. Nggak mau nyapa sebelum orang lain nyapa duluan. Nah, itu gue banget! Pasti ada juga yang ngerasa kayak gini. Jangan-jangan lo introvert juga kayak gue.

Lebih susahnya lagi kalo seorang introvert jatuh cinta. Ya, JATUH CINTA. Hal normal yang hampir semua orang ngerasa kalo dia udah baligh. Gimana kalo introvert jatuh cinta? Apalagi kalo orang yang diincernya sama-sama introvert? Yakiinn, itu bener-bener bikin mules perut.

Se-pendiam apapun seorang introvert pasti dia juga pernah jatuh cinta. Jatuh cinta bagi seorang introvert adalah hal sulit. Cinta aja sulit apalagi harus jatuh dulu. Meskipun cenderung tertutup tapi yakin kalo lo udah tahu cara ‘ngambil hati’ seorang introvert dia bisa buka rahasianya.


Tiap kali ketemu pengennya ngobrol bareng, kenyataannya kaki malah lebih ngajak lari. Kocak. Kayak cerita sinetron. Kalo nge-chat bisa sampai lupa waktu, kalo ketemu langsung bingung mau ngobrol darimana. Itu dari pengalaman gue pribadi.

Belum pernah pacaran. Selain karena jaga iman mungkin juga karena sifat introvert gue yang sangat mendominasi. Orang ekstrovert mungkin bisa langsung action kalo lagi jatuh cinta. Kita-kita yang introvert ini apa kabar?

Terinspirasi dari sebuah artikel yang gue baca di blog orang, gue pun nulis ini. Ceritanya dia cowok sedang jatuh cinta dan dia seorang introvert. Dia ngungkapin tentang pengalamannya jatuh cinta sebagai seorang introvert dari sudut pandang ‘seorang laki-laki’. Dan sekarang gue cerita dari sudut pandang ‘seorang wanita introvet’. Gimana sih suka-dukanya jadi pengagum rahasia? Gimana sih rasanya jadi stalker abadi? Dan gimana sih rasanya jadi sekedar ‘penikmat punggung’?

Kenapa gue bilang ‘penikmat punggung’, karena kami para introvert cukuplah memandang kamu yang sedang kami cintai dari sekedar punggung. Terlalu berat bagi kami untuk menatap mata seseorang yang tengah dicintai.

Bukan karena introvert itu gak tahu kalo loe lagi suka dia. Bukannya dia gak peka, justru introvert itu sensitif banget apalagi soal bahasa hati. Dia cukup dekat denganmu itu sudah lebih dari cukup. Cinta bagi seorang introvert itu rumit. Tapi tak ada alasan rumit bagi seorang introvert mencintai seseorang, yang dia tau dia sedang ‘falling in love’ dan tak ada hal lain lagi. Dia bukan orang yang gampang jatuh cinta, tapi pas ketemu sama orang yang cocok udah deh dia bakalan mempertahankannya. Dengan caranya sendiri, diam-diam.
Ia selalu berhati-hati termasuk soal cinta. Beruntunglah kalian yang bisa dicintai seorang introvert. Kalo loe cari yang setia mungkin harus ketemu introvert dulu, biar yakin kalo di dunia ini ada orang  yang setia.

Pernah dengar istilah, “Aku bahagia kalo kamu juga bahagia”? Itu sebenarnya bukan hanya sekenario sinetron tapi itu juga kata hati seorang introvert. Introvert akan ikut bahagia ketika orang yang dicintainya juga bahagia.

Sekadar menyapa ‘Hai!’ mungkin hal paling sulit yang bisa dia lakukan tiap hari. Tiap kali ketemu mending nunduk, ketimbang doi lihat kita tepat di mata. Takut kalo isyrat ini terbaca melalui sorot mata.

Terlalu canggung untuk mengatakan kejujuran bagi seorang introvert.
Dan kamu yang sedang baca tulisan ini. Mungkin kamu bagian dari masa laluku yang pernah aku taksir. Tapi baru tersampaikan kali ini.
Share:

Salah Jurusan Belum Tentu Salah Masa Depan

Ketika kalian lulus dari sekolah menengah atas (SMA) atau yang setara dengannya pasti bingung.

Mau melanjutkan di mana?

Pengen kerja dulu aja!
Aku juga pernah mikir demikian. Atau mungkin kamu mikir, “Nanti kalo aku nggak lolos gimana?”; “Kalo aku salah jurusan gimana masa depanku?”. Nah, ini nih!

Aku sekarang memiliki status sebagai mahasiswa di salah satu perguruan tinggi negeri di Kota Semarang. Berat memang awalnya mengetahui pengumuman SBMPTN dimana kita diterima namun bukan jurusan yang kita inginkan.

“Lalu mengapa dulu waktu daftar kamu pilih jurusan itu?” Banyak orang pasti bertanya demikian padamu ketika mengeluh salah jurusan.

Sekarang dengan statusku sebagai mahasiswa akhir haruskah aku berhenti dan kembali lagi mengulang tes untuk pindah jurusan yang aku inginkan? Tidak mungkin.

Aku menjalani hari-hariku seperti mahasiswa biasanya. Kuliah. Tugas. Nongkrong. Balik kos.

Namun ada yang berbeda.

Sebagai pelampiasan yang katanya salah jurusan ini aku mengikuti organisasi apapun yang bisa mengasah skill ku, baik itu intra maupun ekstra kampus. Aku percaya dengan teorinya para aktivis kampus bahwa nilai di kampus boleh jadi hanya 4,0 dan 96,0 lainnya diperoleh dari kegiatan luar kelas.

Inilah aku sekarang, yang katanya jadi aktivis kampus. Tak masalah sering bolos dari kuliah demi kegitan kampus. Karena bagiku pengalaman itu yang terpenting daripada hanya berteori tapi tak pernah paham.

Kalo kata komentator bola, “Skill itu terbentuk dari jam terbang”.

Yang dulunya waktu awal semester sering nagis pengen pindah jurusan karena gak cocok sekarang aku mencoba realistis.

Anak muda itu memang idealis. Harus ginilah, gak mau inilah. Padahal semestinya kita harus bersyukur masih bisa diberi kesempatan untuk menuntut ilmu lebih tinggi.


Jangan banya berpikiran negatif. Rejeki sudah ada yang mengatur. Tinggal bagaimana cara kita menyiapkan strategi untuk menggapainya.
Share:
Blue Fire Pointer

BTemplates.com

Diberdayakan oleh Blogger.