Jusuf
Kalla, hampir semua orang mengenal nama itu. Ia adalah wakil presiden pertama
dengan dua kali masa jabatan yang terpilih melalui pemilihan umum. Sosok yang
sering dipanggil JK ini disebut sebagai “the
real president” karena sering mengambil keputusan yang memiliki pengaruh
besar pada negara. Solusi yang ditawarkan untuk menjawab persoalan negeri ini
bukan hanya inovatif tapi juga kontroversional.
Jusuf
Kalla adalah anak ke-2 dari 17 bersaudara. Lahir dari keluarga yang menjunjung
tinggi nilai agama lantas membuatnya sangat religius. Ayahnya bernama Hadji
Kalla sedangkan ibunya bernama Athirah. JK kerap disapa dengan panggilan Ucu.
Sejak remaja JK harus menerima kenyataan hidup dalam lingkungan yang
berpoligami. JK didewasakan oleh keadaan. Sejak ibunya memilih berpisah dari
ayahnya, ia menjadi pemimpin keluarga menggantikan ayahnya. Menjaga ibunya
untuk tetap bangkit dan memastikan adik-adiknya bisa makan esok hari. Baginya
kebahagiaan keluarganya adalah yang terpenting dan senyuman ibunya adalah yang
utama.
Jusuf
Kalla adalah salah seorang yang tak sudi bila bangsa asing terlalu ikut campur
dalam urusan pembangunan Indonesia tercinta ini. Dalam pandangan JK, birokrat
di Indonesia masih menganut sistem rimba. Lebih taat aturan daripada menubah
aturan demi kesejahteraan rakyat. Peraturan yang dianggap bisa menghambat pasti
diganti JK. Terbukti pada masa kepemimpinannya sebagai Wapres 2004-2009, beliau
berhasil mengurangi ketergantungan dengan pembiayaan modal asing.
Bila
dulu kita lebih sering mengimpor beras maka pada masa kedudukan JK hal itu
dihilangkan. JK mencukupi para petani dengan ketersediaan kebutuhan bibit
melalui Departemen Pertanian. Swasembada akhirnya kembali berhasil dilakukan
setelah sebelumnya berhenti selama sepuluh tahun.
Bangsa
kita adalah bangsa yang kaya. Segala macam hal ada di sini. Akan tetapi, yang
masih menjadi interopeksi mengapa bangsa yang sedemikian kaya ini tidak
maju-maju dan jauh tertinggal dalam hal kesejahteraan? Bangsa Jepang terang
benderang karena mendapat dukungan batu bara hasil impor dari kita, sedangkan
bangsa kita untuk pemenuhan listrik saja belum sepenuhnya merata.
Ketika
konversi dari minyak tanah menjadi gas mencuat ke publik banyak orang kontra
dengan keputusan itu. Namun JK tetap optimis kebijakan tersebut akan berhasil.
Hasilnya seperti yang kita rasakan. Hampir setiap rumah telah menggunakan gas
sebagai bahan bakar untuk memasak. Efisiensi puluhan triliun hasil konversi,
dialokasikan ke sektor pendidikan, kesehatan, pertanian, dan lain-lain. Kalla
(2013a) mengatakan resiko dari semua keputusan itu adalah ketika salah ia mau
untuk yang bertanggungjawab.
JK
percaya bahwa semua bisa diselesaikan. Belajar dari pengalaman tahun 2005
ketika kebijakan kenaikan harga BBM dilakukan. Indonesia berhasil menaikkan
harga BBM hingga 125 persen tanpa gejolak. Kenaikkan tersebut adalah kenaikkan
tertinggi yang pernah terjadi di dunia dan terbesar dalam sejarah Indonesia.
Kenaikkan yang bisa dikatakan penuh resiko, tetapi tidak ada rakyat yang marah.
Kenapa? Strategi.
Pertama,
memberi pemahaman sederhana yang dapat diterima masyarakat. Jika BBM tidak
naik, banyak jalan yang rusak. Sekolah akan sulit. Gaji guru banyak yang tidak
bisa dibayar. Bagi warga kurang mampu akan diberikan Bantuan Langsung Tunai
(BLT) untuk mengurani beban. Sebenarnya BBM yang naik itu yang dikonsumsi orang
mampu, yang naik mobil.
Kedua,
timing yang tepat. Keputusan itu
dilakukan sehari sebelum puasa. Pada bulan puasa, terjadi banyak penghematan.
Orang akan memasak dua kali sehari dan jarang jalan-jalan. Dan yang terpenting
pada bulan puasa tidak ada demonstrasi. Karena mereka tidak boleh marah dengan
alasan hawa nafsu.
JK
tidak segan menyebut Bank Indonesia (BI) sebagai perampok karena kebijakannya.
Pada saat menjabat sebagai Menkokesra, pernah JK merobek Memorandum of Understanding (MoU) karena tidak sepaham. Kebijakan
itu dianggap tidak adil bagi rakyat. Pengusaha besar diberikan bunga 45 persen
sedangkan pengusaha 15 persen. Hal ini seperti pembodohan, karena belum seluruh
lapisan masyarakat paham tentang hal tersebut. JK pernah mengatakan untuk
menjual setengah dari kantor BI. Hal ini untuk memperbaiki keungan negara. Di
dunia ini tidak ada kantor bank sentral yang semewah BI. Ini sangat tidak
pantas untuk sebuah negara yang tingkat pendapatannya masih rendah.
Setelah
selesai masa jabatannya menjadi Wapres periode tahun 2004-2009, JK tak lantas
berhenti. Ia terpilih menjadi pemimpin pusat Palang Merah Indonesia (PMI)
secara aklamasi. Ketika ada bencana di berbagai daerah di Indonesaia, ia turun
langsung untuk menangani semampu yang ia bisa lakukan. Selain mengurusi
pengungsi, JK aktif sebagai juru damai. Ia juga sering diminta berpendapat
mengenai isu-isu publik.
Pemimpin
yang baik adalah ketika mereka mau bergerak bukan hanya berteori dan dapat
membaur dengan segala lapisan masyarakat. Kepemimpinannya dikatakan berhasil
adalah ketika tindakannya dapat mensejahterakan masyarakat. Jusuf Kalla adalah
sosok pemimpin yang dibutuhkan Indonesia. Pro dan kontra tak lepas dari
kebijakan yang ia keluarkan. Tapi semangat keyakinannya tak gentar. Ia tak
pernah ragu dalam mengambil keputusan. Kebijakannya sudah melalui pertimbangan
yang matang dan siap menanggung dampak buruk yang timbul jika terjadi. Ia
pemimpin yang tegas bukan keras. Nilai khas dalam gaya memimpinnya bisa
dikatakan “nekat”. Komitmennya untuk mensejahterakan rakyat bukan hanya ucapan
melainkan juga dengan tindakan nyata. Untuk mengubah bangsa ini ke arah yang
lebih yang dibutuhkan tak hanya kemampuan kerja keras, tetapi juga hati nurani.
Sinergi
antara otot, otak, dan hati dari seorang pemimpin dibutuhkan untuk membuat
Indonesia maju. Persoalan negeri ini memang tidak pernah sampai pada ujung.
Datang silih berganti bahkan kadang tumpang tindih. Pendekatan yang dilakukan
JK adalah melalui dialog, dengan masyarakat menanyakan apa yg mereka harapkan,
dengan petinggi memberi pernyataan tentang yang dapat mereka usahakan untuk negeri
ini. Negara kita adalah negara demokrasi, tapi demokrasi ini hanya sebuah cara.
Dalam menyelesaikan masalah diperlukan masyarakat, dengan tujuan akhirnya
tercapai mufakat. Menurut Kalla (2013a), pemimpin itu tidak hanya yang pandai
berbicara saja, tetapi juga tahu bagaimana mengubah cara pikir, meyakinkan
orang, mempengaruhi orang, dan menguasai kondisi lapangan. Selalu ada terobosan
baru dan rakyat pun dipuaskan. Bangsa besar dengan segala permasalahan di
dalamnya ini memang membutuhkan sosok pemimpin yang revolusioner seperti Jusuf
Kalla.
Daftar Pustaka
Kalla,
Jusuf. 2013a. Inspirasi JK. Jakarta:
Noura Books Publishing.
-----
2013b. Jalan Keluar–Logis, Spontan,
Jenaka. Jakarta: Kompas.