Kadang hidup butuh imajinasi negeri dongeng

Jumat, 16 September 2016

MASA DEPAN BANGSAKU DIAWALI DARI KAMPUS

“Kenapa sih mahasiswa harus turun ke jalan (demo)? Memangnya bisa mengubah negeri ini jadi lebih baik?”
Mungkin ini yang ada dalam benak sebagian besar mahasiswa. Acuh terhadap bangsanya sendiri.
Lembaga pendidikan tinggi (kampus), dikatakan sebagai miniature sebuah negara yang mengajarkan kepada warganya untuk berinteraksi dan bersosialisasi. Kampus juga sebagai rumah intelektual pembentukan karakter. Mahasiswa merupakan bagian dari sebuah kampus yang menjadi sorotan utama. Melalui universitas inilah mahasiswa akan ditranfer pengetahuan (knowledge), keahlian (skill), dan perilaku (behavior) sehingga kelak ia dapat berkompetisi pada persaingan global.

Konspirasi Mahasiswa dan Romantisme Pergerakannya
Mahasiswa merupakan garda terdepan setiap perubahan penting dan mendasar di negeri ini. Mahasiswa selalu menjadi bagian dari perjalanan sebuah bangsa, baik sebagai pelopor penggerak, bahkan sebagai pengambil keputusan. Banyak orang kritis yang lahir dari aktivis kampus.
Mulaidari 1908, lahirnya Boedi Oetomo telah membangitkan semangat perjuangan untuk melawan kolonialisme dengan cara yang cerdas. Sejak diikrarkannnya Sumpah Pemuda 1928 juga tidak terlepas dari peran penting kaum muda, hingga berlanjut pada Proklamasi Kemerdekaan 1945.
Pada periode 1966 gerakan mahasiswa masih bersifat lokal, berbasis kampus atau kedaerahan. Gerakan mahasiswa yang lebih sistematis terjadi setelah terbentuknya KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia), dilanjutkan dengan TRITURA (Tiga Tuntutan Rakyat). Jika angkatan ’45 lahir dari romantisnya perang untuk memperoleh kemerdekaan, sedangkan pada angkatan ’66 lahir dari krisis sosial, ekonomi, danpolitik, konsep perjunagan pada waktu penjajahan tidak dipergunakan lagi tetapi lebih mengarah kepada pengisian kemerdekaan.
Pada 1997, dengan gerakan reformasinya, mahasiswa mampu mendobrak ketidakadilan sistem politik dan ekonomi.Periode pasca 1998, gerakan mahasiswa terjebak pada romantisme heroism peristiwa Mei 1998. Gerakan mahasiswa cenderung kembali bersifat gerakan lokal meskipun telah dibentuk BEM SI (Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia). Berbicara tentang mahasiswa dan gerakan yang dilakukan memang tidak pernah ada ujungnya.
Bangsa ini lahir dari keberagaman dengan satu semangat tujuan. Semangat nasionalisme yang menyatukan bangsa Indonesia sehingga tidak terjadi perselisihan dan perpecahan di negeri ini. Nasionalisme adalah suatu sifat, faham, kekuatan, dankesadaranpikiransejati, yang merupakan suatu kecintaan dan loyalitas terhadap mayarakat, bangsa dan negara sendiri. Naionalisme dapat tumbuh, berkembang, dan hidup sepanjang perjalanan suatu bangsa. Semangat ini pula yang menginspirasi mahasiswa untuk bergerak dan berjuang.
Dari urun angan, urun tangan, hingga urun nyawa pun mereka lakukan. Karena tugas mahasiswa bukan cuma belajar di kelas, presentasi, mengerjakan tugas, datang ke seminar, dan kegiatan ke kampusan yang lain, lebih dari itu mahasiswa menjadi penyangga peradaban yang akan dilalui bangsa ini kedepannya. Mahasiswa adalah sebagai the moral force, social control, dan agent of change sehingga ia dituntut untuk berpikir rasional dan kritis mencari solusi dari sebuah masalah.

Tantangan Mahasiswa di Masa Kini
Mahasiswa dengan statusnya yang memiliki ‘Maha’ atas kesiswaannya, jelas menjadi generasi terdepan di kalangan kaum muda dengan proses pendidikan panjang yang telah dilewatinya. Indonesia memiliki persediaan sumber daya manusia ke depan (iron stock) dengan karakter baik (good character) dibarengi kemampuan dan high competency yang harus dikuasai, oleh keberadaan mahasiswa.
Sebagai kalangan kelas menengah, mahasiswa merupakan elemen penting pengontrol kebijakan pemerintah baik itu dalam tataran nasional maupun lokal. Selain itu, mahasiswa merupakan pengabdi masyarakat yang diamanahkan sebagai pembina bangsa melalui aplikasi ilmu yang bermanfaat bagi peningkatan kualitas hidup masyarakat khususnya rakyat kecil. Pola perjuangan mahasiswa dapat dibagi menjadi dua, yaitu structural dan kultural. Pola struktural dalam perjuangan mahasiswa merupakan sebuah domain yang berkarakter  politis dan memiliki prioritas masa kini. Hal ini meliputi pengkritisan kebijakan di kalangan pemerintah, penyaluran aspirasi dari rakyat kecil kepada wakil rakyat, serta pengawal dari kepentingan rakyat terhadap struktur pemerintahan. Sedangkan secara kultural, polanya berkarakter pembinaan serta mimiliki visi masa depan sebagai investasi pembangunan.
Tatangan lain yang tidak ringan bagi Bagsa Indonesia adalah disintegrasi moral. Rasa bangga dan cinta terhadap bangsanya sendiri, perlahan telah mulai terkikis. Sopan santun dan budi pekerti sudah lupa diajarkan. Dengan memperteguh penanaman nilai-nilai Pancasila dikehidupan sehari-hari, maka bangsa Indonesia akan kembali menemukan jati dirinya.
Peran mahasiswa tidak hanya dalam kata-kata saja, tetapi diimbangi dengan adanya pengabdian, sikapkritis, dan tekad yang bulat akan masa depan bangsa ini. Bagaimana cara agar masa depan bangsa Indonesia lebih maju dan masih banyaklagi yang harus dipikirkan untuk negara Indonesia. Kemampuan intelektual hanya mendukung dari pencapaian prestasi dan keberhasilan yang hendak dicapai. Jika memiliki kemampuan soft skill dan berani kritis terhadap segala hal, maka akan menjadi lebih baik di masa depan sebab saat ini yang terjadi banyak orang penting tapi sedikit yang baik.






DAFTAR PUSTAKA
Sanit, Dr. Arbit. 1981. Sistem Politik Indonesia: Kestabilan, Peta Pembangunan Politik dan Pembangunan. Jakarta: PT Rajagrafindo Indonesia.
Soedarsono, Soemarno. 1999. Penyemaian Jati Diri. Jakarta: Gramedia.

Surjana, I Nyoman Naya. 2004. Patologi Nasional. Surabaya: UPT - Mata Kuliah Umum.
Share:
Blue Fire Pointer

BTemplates.com

Diberdayakan oleh Blogger.