Kadang hidup butuh imajinasi negeri dongeng

Kamis, 29 Desember 2016

Coretan Singkat Sang Aktivis Karbitan

Hidup Mahasiswa!

Saya mengawali tulisan ini dengan kata-kata yang sering diteriakkan aktivis.
Hari ini akhir bulan Desember 2016. Status saya masih sebagai "anak BEM" yang katanya aktivis. Ya, saya bagian dari Badan Eksekutif Mahasiswa salah satu fakultas di universitas negeri di kota Semarang. Beberapa hari lagi saya dan kawan-kawan yang lain akan demisioner dan meninggalkan jabatan. Menuntaskan amanah yang selama ini kami emban.
Bangga rasanya. Menjadi bagian dari organisasi terbesar di tingkat fakultas ini.

Namun rasa bangga saya hanya di awal cerita. Mengapa saya berani mengatakan demikian? Ah, mungkin bagi kamu yang katanya "aktivis mahasiswa" pasti merasa bingung kenapa rasa kebanggaanku menurun. Akan aku ceritakan.

Saya masuk sebagai staff dalam Departemen Komunikasi dan Informasi (Kominfo) di BEM. Saya menyukai dunia IT dan menyukai jurnalistik sehingga saya pikir cocok masuk di departemen ini. Tetapi sebaliknya, justru saya merasa tidak nyaman di sini. Anggota departemen yang lain menurut saya hebat-hebat. Bahkan ada yang sudah mengikuti lomba design tingkat nasional. Sedangkan saya? Saya mah apa atuh. Sebagai seseorang yang sedang merintis keterampilan multimedia dari awal saya merasa tertinggal jauh dengan mereka. Saya belajar otodidak jadi jangan salahkan kalau tingkat kemampuan dan kecepatan saya menguasai bidang ini kurang. Walaupun memang saya orang yang lelet. Mungkin rasa gengsi saya terlalu tinggi hingga tak mau meminta tolong pada mereka. Seolah ada jarak yang mungkin saya sendiri yang buat.

Kalo dikata aku mundur dari BEM, tidak juga, aku masih sering nongol di sana. Tapi kalo aku aktif di BEM sebenarnya tidak juga.
Motivasi awal masuk BEM? Emm.. apa ya? Oh, iya, sederhana sekali karena melihat pidato Gubernur BEM ku ketika saya masih menjadi mahasiswa baru (maba). Public speakingnya mempesona, persuasif sekali, kena banget buat maba, dan saya ingin sepertinya.

Ketika kamu masuk organisasi LK di kampus kamu akan sedikit-sedikit belajar tentang politik. Dan lihatlah saya sekarang. Telah terkontaminasi itu semua. Tapi saya masih bisa dikata buta politik. Saya hanya senang berdiskusi tentang itu semua tapi belum mendalam pemahaman tentangnya. Kata teman saya, saat ini saya sedang berada di golongan tengah. Terombang-ambing dalam pertanyaan saya tentang itu.

Sebanyak apapun saya menulis di sini, saya tak bisa menampik bahwa saya kecewa. Tapi saya tidak pernah menyesal masuk ke dalam sana. Karena saya banyak belajar di sana. Mendapat pemahan baru bahwa politik kampus itu kejam ketika kamu masih naif dan memberanikan diri masuk ke dalamnya.

Share:

Jumat, 16 September 2016

MASA DEPAN BANGSAKU DIAWALI DARI KAMPUS

“Kenapa sih mahasiswa harus turun ke jalan (demo)? Memangnya bisa mengubah negeri ini jadi lebih baik?”
Mungkin ini yang ada dalam benak sebagian besar mahasiswa. Acuh terhadap bangsanya sendiri.
Lembaga pendidikan tinggi (kampus), dikatakan sebagai miniature sebuah negara yang mengajarkan kepada warganya untuk berinteraksi dan bersosialisasi. Kampus juga sebagai rumah intelektual pembentukan karakter. Mahasiswa merupakan bagian dari sebuah kampus yang menjadi sorotan utama. Melalui universitas inilah mahasiswa akan ditranfer pengetahuan (knowledge), keahlian (skill), dan perilaku (behavior) sehingga kelak ia dapat berkompetisi pada persaingan global.

Konspirasi Mahasiswa dan Romantisme Pergerakannya
Mahasiswa merupakan garda terdepan setiap perubahan penting dan mendasar di negeri ini. Mahasiswa selalu menjadi bagian dari perjalanan sebuah bangsa, baik sebagai pelopor penggerak, bahkan sebagai pengambil keputusan. Banyak orang kritis yang lahir dari aktivis kampus.
Mulaidari 1908, lahirnya Boedi Oetomo telah membangitkan semangat perjuangan untuk melawan kolonialisme dengan cara yang cerdas. Sejak diikrarkannnya Sumpah Pemuda 1928 juga tidak terlepas dari peran penting kaum muda, hingga berlanjut pada Proklamasi Kemerdekaan 1945.
Pada periode 1966 gerakan mahasiswa masih bersifat lokal, berbasis kampus atau kedaerahan. Gerakan mahasiswa yang lebih sistematis terjadi setelah terbentuknya KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia), dilanjutkan dengan TRITURA (Tiga Tuntutan Rakyat). Jika angkatan ’45 lahir dari romantisnya perang untuk memperoleh kemerdekaan, sedangkan pada angkatan ’66 lahir dari krisis sosial, ekonomi, danpolitik, konsep perjunagan pada waktu penjajahan tidak dipergunakan lagi tetapi lebih mengarah kepada pengisian kemerdekaan.
Pada 1997, dengan gerakan reformasinya, mahasiswa mampu mendobrak ketidakadilan sistem politik dan ekonomi.Periode pasca 1998, gerakan mahasiswa terjebak pada romantisme heroism peristiwa Mei 1998. Gerakan mahasiswa cenderung kembali bersifat gerakan lokal meskipun telah dibentuk BEM SI (Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia). Berbicara tentang mahasiswa dan gerakan yang dilakukan memang tidak pernah ada ujungnya.
Bangsa ini lahir dari keberagaman dengan satu semangat tujuan. Semangat nasionalisme yang menyatukan bangsa Indonesia sehingga tidak terjadi perselisihan dan perpecahan di negeri ini. Nasionalisme adalah suatu sifat, faham, kekuatan, dankesadaranpikiransejati, yang merupakan suatu kecintaan dan loyalitas terhadap mayarakat, bangsa dan negara sendiri. Naionalisme dapat tumbuh, berkembang, dan hidup sepanjang perjalanan suatu bangsa. Semangat ini pula yang menginspirasi mahasiswa untuk bergerak dan berjuang.
Dari urun angan, urun tangan, hingga urun nyawa pun mereka lakukan. Karena tugas mahasiswa bukan cuma belajar di kelas, presentasi, mengerjakan tugas, datang ke seminar, dan kegiatan ke kampusan yang lain, lebih dari itu mahasiswa menjadi penyangga peradaban yang akan dilalui bangsa ini kedepannya. Mahasiswa adalah sebagai the moral force, social control, dan agent of change sehingga ia dituntut untuk berpikir rasional dan kritis mencari solusi dari sebuah masalah.

Tantangan Mahasiswa di Masa Kini
Mahasiswa dengan statusnya yang memiliki ‘Maha’ atas kesiswaannya, jelas menjadi generasi terdepan di kalangan kaum muda dengan proses pendidikan panjang yang telah dilewatinya. Indonesia memiliki persediaan sumber daya manusia ke depan (iron stock) dengan karakter baik (good character) dibarengi kemampuan dan high competency yang harus dikuasai, oleh keberadaan mahasiswa.
Sebagai kalangan kelas menengah, mahasiswa merupakan elemen penting pengontrol kebijakan pemerintah baik itu dalam tataran nasional maupun lokal. Selain itu, mahasiswa merupakan pengabdi masyarakat yang diamanahkan sebagai pembina bangsa melalui aplikasi ilmu yang bermanfaat bagi peningkatan kualitas hidup masyarakat khususnya rakyat kecil. Pola perjuangan mahasiswa dapat dibagi menjadi dua, yaitu structural dan kultural. Pola struktural dalam perjuangan mahasiswa merupakan sebuah domain yang berkarakter  politis dan memiliki prioritas masa kini. Hal ini meliputi pengkritisan kebijakan di kalangan pemerintah, penyaluran aspirasi dari rakyat kecil kepada wakil rakyat, serta pengawal dari kepentingan rakyat terhadap struktur pemerintahan. Sedangkan secara kultural, polanya berkarakter pembinaan serta mimiliki visi masa depan sebagai investasi pembangunan.
Tatangan lain yang tidak ringan bagi Bagsa Indonesia adalah disintegrasi moral. Rasa bangga dan cinta terhadap bangsanya sendiri, perlahan telah mulai terkikis. Sopan santun dan budi pekerti sudah lupa diajarkan. Dengan memperteguh penanaman nilai-nilai Pancasila dikehidupan sehari-hari, maka bangsa Indonesia akan kembali menemukan jati dirinya.
Peran mahasiswa tidak hanya dalam kata-kata saja, tetapi diimbangi dengan adanya pengabdian, sikapkritis, dan tekad yang bulat akan masa depan bangsa ini. Bagaimana cara agar masa depan bangsa Indonesia lebih maju dan masih banyaklagi yang harus dipikirkan untuk negara Indonesia. Kemampuan intelektual hanya mendukung dari pencapaian prestasi dan keberhasilan yang hendak dicapai. Jika memiliki kemampuan soft skill dan berani kritis terhadap segala hal, maka akan menjadi lebih baik di masa depan sebab saat ini yang terjadi banyak orang penting tapi sedikit yang baik.






DAFTAR PUSTAKA
Sanit, Dr. Arbit. 1981. Sistem Politik Indonesia: Kestabilan, Peta Pembangunan Politik dan Pembangunan. Jakarta: PT Rajagrafindo Indonesia.
Soedarsono, Soemarno. 1999. Penyemaian Jati Diri. Jakarta: Gramedia.

Surjana, I Nyoman Naya. 2004. Patologi Nasional. Surabaya: UPT - Mata Kuliah Umum.
Share:

Jumat, 15 Januari 2016

SOSOK INTROVERT DAN DUNIA DI DALAM PIKIRANNYA

Introvert adalah sebuah sifat dan karakter yang cenderung menyendiri. Mereka adalah pribadi yang tertutup dan mengesampingkan kehidupan sosial yang terlalu acak. Antonim dari sifat Introvert adalah Ekstrovert. Sifat Ekstrovert lebih membutuhkan sosial, cahaya, kebisingan, ruang lingkup yang luas dan sebagainya. Sedangkan Introvert lebih membutuhkan sebuah teh hangat dan berkumpul bersama beberapa teman dekat saja daripada pergi ke tempat yang penuh dengan orang asing. Introvert membenci basa-basi, oleh sebab itu mereka senang dengan perbincangan yang padat dan bersifat informatif.
Dari pernyataan di atas kita dapat mengambil kesimpulan kecil, bahwa Introvert adalah pribadi yang “dalam”. Istilah Introvert ini dipopulerkan oleh seorang tokoh Ilmu Psikologi yang bernama Carl Jung. Ia mengelompokan Introvert sebagai kaum minoritas. Walau kaum minor tetapi peranan mereka dalam kehidupan sosial sangat menonjol. Mungkin karena gestur dan sikap mereka yang sangat kontras berbeda dengan kelompok dominan yaitu Ekstrovert. Namun, seorang Introvert tak sepenuhnya senang menyendiri, hanya saja mereka lebih memilih untuk memiliki segelintir teman dekat namun padat seperti buku. Maksudnya adalah, teman yang memiliki cerminan pengetahuan dan pengalaman yang ada di hidup ini. Seorang Introvert pun tidak pernah menceritakan tentang hal yang bersifat pribadi kepada sembarang orang. Oleh karena itu, jika ada seorang Introvert yang dengan sukarela mengeluhkan masalahnya kepadamu, maka kau adalah orang yang sangat beruntung. Karena mereka telah mengategorikan dirimu sebagai seorang teman yang hebat.
Seorang Introvert lebih fokus kepada hal yang bersifat psikis daripada fisik. Mereka senang menjelajahi ruang pikirnya, mereka membaca buku, menonton tayangan yang dapat mengasah otak, karena mereka haus dengan segala hal yang berbau informasi. Majalah American Journal of Psychiatry menyatakan bahwa, ada lebih banyak darah yang mengalir di daerah Anterior pada otak bagian depan seorang Introvert. Bagian ini berfungsi sebagai pengolah inti, seperti merencakan sesuatu dan pemecahan masalah. Itulah sebabnya mengapa mereka memiliki kekuatan konsentrasi yang baik, mereka cepat menangkap dan berintelegensi tinggi. Introvert adalah pemikir yang dalam. Mereka mampu melihat suatu hal dari segi manapun, berbeda dengan seorang Ekstrovert yang cenderung berpikir secara momentum saja. Selain itu mereka pandai dalam memilah sesuatu, baik itu hal kecil maupun besar, hal yang berguna maupun tidak.
Jika memang pemikiran Introvert sebaik itu, bagaimana dalam hal berbicara? Apakah mereka dapat  menyampaikan pesan secara detil seperti yang ada di pikirannya?
Dalam sebuah survey di kolom web LiveScience.com, reporter Rachael Rettner menulis bahwa, apabila ada dua orang Ekstrovert dan Introvert yang dihadapkan dengan sebuah pertanyaan, maka Ekstrovert akan menjawab secara Hiperbola, sedangkan Introvert menjawab dengan Akurat. Apabila mereka melihat seekor ulat di atas makanannya, maka seorang Ekstrovert akan bereaksi melebih-lebihkan daripada seorang Introvert. Apabila dua orang Ekstrovert dan Introvert dihidangkan sebuah makan siang dalam waktu yang bersamaan, maka seorang Ekstrovert akan berkata, "Makanan ini enak sekali! Belum pernah saya merasakan yang seenak ini" lalu seorang Introvert akan menjawab, "Iya, enak." Dari segi pemahaman dan informasi pendapat mereka berdua jelas berbeda. Itulah sebabnya mengapa kepribadian Ekstrovert dianggap sebagai perusak survey atau membuat sebuah survey menjadi tidak akurat. Karena Ekstrovert memberikan informasi secara berlebihan, sehingga pencatat survey lebih mempercayakan seorang Introvert dalam hal pendataan, ucap Donna McMillan seorang peneliti sekaligus ahli psikologi di St. Olaf College.
Bahkan di dalam dunia kerja, seorang Introvert dapat bersikap tenang menghadapi segala tekanan dan permasalahan. Mungkin karena kebiasaan mereka yang menyendiri sehingga emosi mereka terlatih untuk tetap stabil. Selalu berpikir sebelum berbicara adalah suatu naluri lahiriah bagi mereka. Introvert akan berhati-hati saat menjelaskan pendapatnya, karena mereka tak suka dengan pertikaian yang tak ada hasil. Oleh sebab itu mereka cenderung menjadi pendengar yang baik. Namun, di balik itu semua, seorang Introvert yang sedang mendengar sangat pandai dalam menggabungkan fakta-fakta dan prinsip serta pemikiran orang lain, kemudian dijadikannya sebuah klausa sebab-akibat yang baik, lalu dikemas rapih dan terbentuklah sebuah tesis, sebuah jawaban yang dapat menjadi pemecah masalah bagi sebuah perdebatan yang terjadi. Bagi Introvert diam bukan berarti tak mengerti atau tak peduli, tetapi mereka menganalisa. Kedetilan mereka akan segala hal membuat Introvert menjadi pekerja yang baik.
Di dunia seni, Introvert adalah penguasa. Ahli psikologi sekelas Mihaly Csikszentmihalyi dan Gregory Feist mengatakan bahwa, orang-orang Introvert adalah orang dengan kreatifitas berkelas nomor satu. Faktor ini terjadi karena mereka dapat menyelam penuh ke dalam pemikirannya. Membaur bersama intuisi dan ketenangan yang bersinergi dengan sunyi. Itulah syaratnya agar dapat menciptakan sebuah Adikarya. Biasanya seorang Introvert gemar menulis. Karena dalam menulis mereka dapat lebih terbuka dalam mempresentasikan pikiran ataupun membagikan pengalamannya kepada orang lain.
Ada sebuah fakta menarik dalam sebuah artikel di psychologytoday.com, yang menuliskan bahwa, orang yang Ekstrovert lebih mencari kebahagiaan dan kehidupan yang positif. Tetapi, bukan berarti Introvert mempunyai sifat yang berkebalikan, seorang Introvert tidak pernah mengategorikan dirinya sebagai sesuatu yang positif ataupun negatif, ia lebih cenderung menuju netral dalam kehidupannya. Seimbang, seperti Yin dan Yang. Mereka sosok yang bersahaja. Sebagai contoh, Mahatma Gandhi , dia adalah Introvert, Ghandi bersikeras memperjuangkan perdamaian demi  kebersamaan. Ia menetralkan semua bentuk perbedaan.
Selain Mahatma Ghandi, ada pula tokoh dunia yang lainnya, yaitu Albert Einstein, Bill Gates, Michael Jordan, Julia Roberts, Nicole Kidman, dan J.K Rowling. Mereka mampu membuktikan bahwa, dunia pun membutuhkan mereka. Jika kau senang dengan kartun dan tokoh pahlawannya, maka hampir dari semua pahlawan itu bersifat Introvert. Saat tak dibutuhkan mereka menjadi orang biasa, namun saat keadaan genting mereka berubah menjadi sosok yang luar biasa.
Dan ini adalah sepenggal kutipan dari Nicole Kidman, ia pernah berkata,“…… Sementara introvert adalah kelompok minoritas dalam masyarakat, mereka membentuk sebuah mayoritas bagi orang-orang yang berbakat.”

Introvert memang pendiam namun memiliki sosok yang luar biasa di dalam tubuhnya.
Sumber: Wikipedia, Livescience, Psychologytoday, American Journal of Psychiatry, kompasiana (Satria Gumilang)
Share:
Blue Fire Pointer

BTemplates.com

Diberdayakan oleh Blogger.