Tak Sempurna
Judul
: Tak Sempurna
Nama pengarang :
FAHD DJIBRAN & FADE2BLACK
Penerbit :
kurniaesa
Jumlah
halaman : 245
Tanggal terbit : Februari 2013
Sinopsis :
Pendidikan
senantiasa menarik untuk dibahas. Ia selalu mengundang perhatian berbagai
kalangan. Baik yang secara langsung berkecimpung di dalamnya, maupun yang
sering memposisikan diri sebagai pengamat. Segudang persoalan yang muncul di
dalamnya, sering dikatakan orang tidak pernah selesai. Sayangnya, kebanyakan
orang lebih senang untuk saling menyalahkan daripada ikut ambil bagian mencari
penyelesaian.
Sebagai bagian penting dari sitem pendidikan kita, sekolah memiliki posisinya tersendiri. Kita sering terlena dengan mimpi-mimpi ideal yang dijanjikan olehnya. Tentang masa depan kita dan anak-anak kita, tentang pengembangan diri, dan segudang harapan lainnya yang sengaja kita percayakan pada lembaga bernama sekolah. Padahal, sekolah menyimpan sejuta persoalan yang sebenarnya layak kita perhatikan. Kita sepakat bahwa ilmu pengetahuan itu penting, namun benarkah hanya dapat diperoleh dari sekolah?
Salah satu persoalan yang sering menjadi bahan perbincangan adalah kasus tawuran pelajar. Persoalan yang sudah lama dihadapi bangsa kita ini, hampir bisa dipastikan belum dapat diselesaikan. Anak-anak kita yang berubah menjadi beringas, keji, dan tidak kenal perikemanusiaan, seolah sengaja dibiarkan. Hampir semua orang sibuk mengurusi diri masing-masing, termasuk orang tua siswa itu sendiri. Lalu, semua pihak larut dalam sikap menyalahkan anak-anak yang sedang “kesetanan” itu, tanpa usaha mendudukan persoalan dengan apa adanya.
Fahd Djibran, melalui novel yang digarap bersama seniman Bondan Prakoso & Fade2Black berusaha memotret pendidikan dari sudut pandang yang masih jarang digunakan. Novel berjudul “Tak Sempurna” ini berusaha memandang pendidikan kita apa adanya. Kita diajak meninjau kembali keberadaan lembaga bernama sekolah, lalu menentukan sikap terhadapnya.
Novel ini mengisahkan seorang remaja bernama Rama. Dia dengan jujur menceritakan apa yang dialaminya, serta segala sesuatu yang bersinggungan dengannya. Dia hidup di suatu kota, yang mana anak-anak dibesarkan di tengah keluarga yang tak memberikan kasih sayang, kehidupan bermasyarakat yang tak memberi harapan, dan kehidupan bernegara yang tak menjanjikan apa-apa kecuali perang-perang politik kepentingan memuakkan. Di sana, sulit sekali menemukan contoh dan teladan yang baik.
Sekolah menjadi sekadar tempat “penitipan anak” bagi orangtua yang sibuk atau “tempat pembuangan anak” bagi orangtua yang tak peduli pada mereka. Guru-gurunya yang selalu memaksakan kehendak, tidak memahami siswa, dan belum mampu menjadi sosok yang betul-betul layak menjadi tauladan utama. Hal ini disambut oleh kekecewaan siswanya dengan perilaku aneh. Seperti perkelahian, tawuran, bahkan narkoba, dan masih banyak lagi.
Dalam novel ini, Fahd Djibran mengangkat hal-hal yang sudah biasa kita temui. Lalu menawarkan sudut pandang baru yang membuat kita tercengang. Tentang rumah misalnya. Ia tidak memandang rumah sekedar benda mati, yang selama ini sering dijadikan orang hanya sebagai tempat tidur, berangkat dan pulang. Tetapi, lebih dari itu, rumah menyimpan cinta dan kenangan.
Sebagai bagian penting dari sitem pendidikan kita, sekolah memiliki posisinya tersendiri. Kita sering terlena dengan mimpi-mimpi ideal yang dijanjikan olehnya. Tentang masa depan kita dan anak-anak kita, tentang pengembangan diri, dan segudang harapan lainnya yang sengaja kita percayakan pada lembaga bernama sekolah. Padahal, sekolah menyimpan sejuta persoalan yang sebenarnya layak kita perhatikan. Kita sepakat bahwa ilmu pengetahuan itu penting, namun benarkah hanya dapat diperoleh dari sekolah?
Salah satu persoalan yang sering menjadi bahan perbincangan adalah kasus tawuran pelajar. Persoalan yang sudah lama dihadapi bangsa kita ini, hampir bisa dipastikan belum dapat diselesaikan. Anak-anak kita yang berubah menjadi beringas, keji, dan tidak kenal perikemanusiaan, seolah sengaja dibiarkan. Hampir semua orang sibuk mengurusi diri masing-masing, termasuk orang tua siswa itu sendiri. Lalu, semua pihak larut dalam sikap menyalahkan anak-anak yang sedang “kesetanan” itu, tanpa usaha mendudukan persoalan dengan apa adanya.
Fahd Djibran, melalui novel yang digarap bersama seniman Bondan Prakoso & Fade2Black berusaha memotret pendidikan dari sudut pandang yang masih jarang digunakan. Novel berjudul “Tak Sempurna” ini berusaha memandang pendidikan kita apa adanya. Kita diajak meninjau kembali keberadaan lembaga bernama sekolah, lalu menentukan sikap terhadapnya.
Novel ini mengisahkan seorang remaja bernama Rama. Dia dengan jujur menceritakan apa yang dialaminya, serta segala sesuatu yang bersinggungan dengannya. Dia hidup di suatu kota, yang mana anak-anak dibesarkan di tengah keluarga yang tak memberikan kasih sayang, kehidupan bermasyarakat yang tak memberi harapan, dan kehidupan bernegara yang tak menjanjikan apa-apa kecuali perang-perang politik kepentingan memuakkan. Di sana, sulit sekali menemukan contoh dan teladan yang baik.
Sekolah menjadi sekadar tempat “penitipan anak” bagi orangtua yang sibuk atau “tempat pembuangan anak” bagi orangtua yang tak peduli pada mereka. Guru-gurunya yang selalu memaksakan kehendak, tidak memahami siswa, dan belum mampu menjadi sosok yang betul-betul layak menjadi tauladan utama. Hal ini disambut oleh kekecewaan siswanya dengan perilaku aneh. Seperti perkelahian, tawuran, bahkan narkoba, dan masih banyak lagi.
Dalam novel ini, Fahd Djibran mengangkat hal-hal yang sudah biasa kita temui. Lalu menawarkan sudut pandang baru yang membuat kita tercengang. Tentang rumah misalnya. Ia tidak memandang rumah sekedar benda mati, yang selama ini sering dijadikan orang hanya sebagai tempat tidur, berangkat dan pulang. Tetapi, lebih dari itu, rumah menyimpan cinta dan kenangan.
Kelebihan :
Kelebihan
dari novel ini adalah penulis ingin menyampaikan berbagai kritikan terhadap
realitas sosial yang sering kita hadapi. Dan memandang berbagai persoalan yang
terjadi tidak dengan sebelah mata.
Kelebihan
lain dari novel ini adalah kehadiran lirik-lirik lagu Bondan Prakoso &
Fade2Black, serta selingan-selingan lain yang relevan. Hal ini membuat pembaca
–terlebih kalangan remaja- tidak jenuh.
Kekurangan :
Namun,
masih terdapat kesalahan-kesalahan pengetikan. Cerita yang diungkapkan juga
terlalu terbuka, banyak kata yang tak patut ditulis.
Rekomendasi
:
Novel ini menjadi masukan penting bagi sekolah, dunia pendidikan, dan bangsa kita pada umumnya. Semoga kita menjadi tersadarkan, bahwa masih banyak pemuda dan pemudi kita yang harus kita tolong dan selamatkan. Semua ketimpangan ini bukan untuk kita cerca, namun kita perbaiki.
Novel ini menjadi masukan penting bagi sekolah, dunia pendidikan, dan bangsa kita pada umumnya. Semoga kita menjadi tersadarkan, bahwa masih banyak pemuda dan pemudi kita yang harus kita tolong dan selamatkan. Semua ketimpangan ini bukan untuk kita cerca, namun kita perbaiki.